Tetapi mahasiswa mengatakan ‘Tidak Ada Istilah Anakrisme Untuk Memperjuangkan Hak Hidup’ yang justru anarkis dan lebih kejam adalah pemerintah yang tidak pernah mendengar suara rakyat sehingga menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat luas. Kerugian / kerusakan akibat demontrasi mahasiswa dikatakan sangat kecil dibandingkan akibat kebijakan yang diambil pemerintah yang menyengsarakan rakyat, setelah kenaikan BBM jumlah rakyat miskin jadi bertambah, pengguran meningkat, bunuh diri akibat ekonomi meningkat, dan lain-lani. Mahasiswa juga menyalahkan pers yang hanya mempublikasikan cuplikan tindakan mahasiswa yang anarkis waktu demontrasi di teve ataupun koran dan tidak mempublikasikan tindakan mahasiswa yang telah mencoba cara-cara kooperatif tetapi ditolak oleh pihak penguasa yang mengakibatkan mahasiswa putus asa dan emosi sehingga mengambil tindakan kekerasan.

Pihak kepolisian akhir-akhir ini cenderung berhati-hati bertindak menangani demontrasi dan memilih bertahan karena dalam bentrokan sebelum-sebelumnya polisi memiliki kasus kekerasan terhadap demostran karena tersulut emosi dan hilang kendali, seperti penyerangan kedalam kampus yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur kampus, banyak mahasiswa yang luka-luka dan terakhir dikatakan mengakibatkan seorang mahasiswa meninggal dunia setelah keluar dari tahanan kepolisian. Kita juga tidak bisa selalu menyalahkan polisi karena Polisi memiliki tugas menjaga ketertiban dan bagaimanapun polisi juga manusia. Pasukan yang bertugas dilapangan adalah para polisi muda yang sama seperti mahasiswa yang tentunya mempunyai emosional yang sama..

Terus kalau begini siapa yang harus disalahkan? Bagaimana menurut anda?